Pak Taufik berdiri kaku, tubuhnya terperangkap dalam ketakutan yang melumpuhkan. Bayangan itu begitu dekat, seolah ingin menyatu dengannya. Suara bisikan semakin jelas, membalutnya dalam kegelisahan yang tak terkatakan. "Apa yang kau inginkan?" suaranya terdengar serak, menggema di ruang yang sunyi. Namun, bayangan itu tetap diam, tidak bergerak.
Langkah bayangan itu lambat namun penuh ancaman, seolah mengguncang seluruh isi kamar. Pak Taufik ingin mundur, namun tubuhnya seakan tertahan oleh kekuatan tak terlihat. Perasaan asing merayapi tubuhnya, lebih besar dari sekadar ketakutan biasa. Tiba-tiba, suara berdesir terdengar, seperti sesuatu yang bergerak dalam kegelapan. "Jangan lari, Pak Taufik," suara berat itu bergema, penuh ancaman.
Pak Taufik menoleh, melihat bayangan lain muncul dari ruang tamu. Sosok yang lebih besar dan menakutkan, dengan mata berkilau merah, memberi isyarat akan sesuatu yang lebih kelam. "Apa yang kau inginkan dariku? Kenapa aku?" teriaknya panik. Bayangan pertama berbisik, "Kau tahu. Kegelapan ini sudah lama menunggumu." Kenangan lama muncul, memaksanya mengingat rahasia rumah itu dan dirinya sendiri.
Dunia Pak Taufik berputar. Semua yang ia kenal terasa palsu, seolah rumah ini menyimpan kekuatan gelap yang menjeratnya. Kenangan tentang keluarganya, tentang kutukan dan perjanjian gelap, kembali menghantuinya. "Ini tidak bisa terjadi," teriaknya putus asa. Namun, bayangan itu tertawa, suara tawa yang mengerikan, "Rumah ini sudah mengikatmu. Tak ada jalan keluar."
Dalam kegelapan, suara yang dikenal menghampiri, "Bangun, Pak Taufik. Ini hanya mimpi." Pak Taufik menoleh, namun tak ada siapa-siapa. Kegelapan semakin pekat, suara-suara semakin ramai menciptakan kekacauan dalam pikirannya. Namun sebelum sepenuhnya terjatuh, cahaya tiba-tiba muncul, menawarkan jalan keluar.
Cahaya itu begitu kuat, menariknya keluar dari kegelapan. "Bangun, Pak Taufik," suara itu lebih jelas, "Jangan biarkan malam ini merenggutmu." Dengan sisa tenaga, Pak Taufik berusaha bergerak, berlari menuju cahaya. Namun, bayangan-bayangan itu takkan membiarkannya pergi begitu saja. "Semua ini belum berakhir, Pak Taufik. Ini baru permulaan."